Thursday, December 27, 2012

TAMAN SAFARI: TRAVELING AND LEARNING


Liburan kali ini terasa berbeda. Caca dan kika yang kian tumbuh dan bertambah usia. Kini mereka tak lagi balita yang hanya suka merengek minta ini dan itu ketika berjalan-jalan bersama abah dan bundanya. Caca dan kika kini lebih mandiri dan apresiatif terhadap hal-hal yang ditemuinya. Termasuk ketika pada liburan ini kami mengajak mereka berjalan-jalan di Taman Safari, Bogor serta melihat Grand Prix Marching Band di Istora Senayan Jakarta.

Di Taman Safari, anak-anak terlihat bersemangat menemui hal-hal baru. Pengetahuan yang selama ini hanya didapat melalui buku atau televisi, kini langsung mereka saksikan dengan mata kepala sendiri. Dengan peta kecil di tangannya, kika tampak antusias seraya terus-menerus bertanya, kapan bisa bertemu zebra dan jerapah. Kika juga terlihat exited ketika melihat gigi-gigi kuda nil yang sebesar golok. Sementara caca tampak sesekali berceloteh tentang ensiklopedi yang pernah dibacanya terkait dengan beberapa binatang yang ditemuinya.

“Binatang-Binatang di sini lebih terawat dan sehat ya.. bu.” Demikian komentar caca sembari membandingkan dengan kondisi hewan-hewan di Kebun Binatang Ragunan yang pernah dikunjunginya pada liburan sebelumnya.

“Iya, kalo di Ragunan, jerapahnya lemes pingin maem, tapi nggak ada rumput.” Kika menimpali ujaran kakaknya.

Benar kata caca dan kika, aku sendiri merasakan hal berbeda melihat binatang-binatang di Taman Safari ini. Mereka memang tampak lebih sehat dan terawat. Apalagi jika dibandingkan dengan kondisi hewan-hewan di Ragunan. Hal ini mengingatkanku pada berita yang dimuat kompas beberapa bulan silam, yakni mengenai ditemukannya beberapa kilogram plastik di perut seekor jerapah yang diduga mati karena kelaparan. Jeparah yang menjadi bagian koleksi sebuah Kebun Binatang itu mati dengan kondisi yang sungguh mengenaskan. Mereka kurang makan sehingga terpaksa melahap plastik-plastik yang bertebaran di sekitar kandang mereka. Dan kondisi semacam ini agaknya sudah lazim terjadi di beberapa kebun binatang yang dikelola oleh pemerintah. Harusnya kebun binatang memang tidak didirikan di pusat kota, tapi di daerah-daerah yang mudah dan murah mencari bahan makanan untuk mereka. Bogor agaknya lebih strategis mengingat alamnya yang dingin dengan hutan yang masih terjaga. Hewan-hewan –terutama herbivora- tentu akan sangat kerasan tinggal di sana. Sebab bahan makanan mereka telah disediakan oleh alam di sekelilingnya.

Selain berkeliling, caca dan kika tampak terkesima ketika mendapat kesempatan naik ke punggung gajah. Hewan yang berukuran jumbo itu bergerak lamban dengan belalai yang menjuntai. Banyak pengetahuan yang didapat selama liburan ini. Belajar sembari jalan-jalan agaknya lebih menyenangkan dan berkesan. Selamat bertemu pada liburan yang akan datang.