Saturday, May 26, 2007

CACA EMANG DOYAN MAEM

Banyak temen mama caca yang heran. Bagaimana caranya agar batitanya gemar maem. Mama caca sendiri awalnya juga heran, kenapa batita teman-teman mama caca pada ogah maem? Konon berbagai trik telah dilakukan oleh ibu-ibu itu agar batitanya mau maem. Dari mulai memasak makanan kesukaan si baby sampai memberi vitamin ini-itu.

Sejauh ini, tiap kali ditanya tentang si caca yang endut (gak seperti mamanya yang sama sekali gak endut. Hehe..) dan suka maem, mama caca cuma menjawab dengan jawaban standar aja. Tapi sebenarnya mama caca sempet berucap banyak alasan dalam hati, kenapa batita dilingkungan mama caca pada ogah maem.

Menurut catatan mama caca, ada beberapa sebab kenapa batita ogah maem.
Pertama karena udah kadung terbiasa jajan dengan pemanis buatan atau makanan dengan kadar penyedap rasa yang bejibun. So, jangan heran kalo akhirnya batita lebih memilih jajanan yang gak sehat daripada makanan yang bergizi.

Untuk alasan yang kedua mungkin masih perlu lebih banyak pembuktian. Mama caca sendiri baru melihat pengalaman caca sebagai pengalaman pertama.

Jadi, dulu sewaktu caca lahir melalui operasi caesar, caca gak langsung dimandiin layaknya baby-baby tetangga di indonesia. Tapi cukup dibersihkan dan diperiksa seadanya. Tiga jam setelah itu, caca langsung diberikan pada mama caca buat dikasih asi. Menurut sang dokter, baby yang baru lahir tidak seharusnya dimandikan dan mencium aroma sabun sebelum mencium aroma tubuh mamanya. Masih menurut sang dokter, baby yang mencium aroma sabun terlebih dahulu sebelum mencium aroma tubuh ibunya akan mengalami penurunan selera makan hingga 75%.

Wow, 75% kan gak sedikit. Namun langkah pertama ini (mengenalkan aroma tubuh ibunya) harus diikuti dengan pemberian asi eklusif tentunya. Tapi itu teori yang disampaikan sang dokter. Selebihnya mama caca hanya mengamininya setelah melihat perkembangan caca. tapi lagi-lagi catatan tersebut Cuma berani mama caca catet di blog ini. Pasalnya, jika disampaikan pada ibu-ibu di lingkungan mama caca, takut dituduh Cuma sok tahu. Wong punya anak masih satu aja kok belagu!!.
Hik, emang mama caca sok tahu kok!!

Wednesday, May 23, 2007

LHO, ANAK PINTERNYA KOK NANGIS LAGI...

Caca emang masih kecil, tapi dia udah bisa marah. Kemarin si kecil itu marah-marah. Pasalnya ketika abahnya pamit hendak pergi, caca bilang kalo dia mau da da (sambil melambaikan tangan mungilnya) ama abah di depan rumah. Tapi ternyata abahnya keburu berangkat duluan sebelum caca sempat da ..da...

Dan caca marah banget. Dia nangis keras-keras.
“Lho, adek kok nggak diajak dada. Huwa....huwa...”
“Lho, adek kok ditinggal ama abah. Huwa...huwa...”
Makin lama nangisnya makin kenceng. Nangisnya baru berhenti setelah diajak telpon abahnya. Di telepon caca langsung ngungkapin sendiri kekecewanya yang nggak sempat bilang: “dada... abah.”
Habis ngomong di telepon itu, caca terlihat lega.
Caca sekarang juga punya kebiasaan baru. Setiap abah atau mamanya pulang bepergian, dia akan langsung mberondong dengan pertanyaan:
“Abah dari mana?”
“Mama dari mana?”
“Abah dari rapat ato dari pijet?”
“Kok adek nggak diajak?”
Tanyanya sambil pasang muka cemberut.
Kalo udah gitu, mama caca mesti ngerayu-ngerayu biar ngambeknya nggak keterusan.

Kalo lagi uring-uringan, caca emang kudu dirayu-rayu. Biasanya diajak ngobrol tentang prestasinya hari ini. Misalnya caca yang udah pinter karena mau pipis di kamar mandi. Ato caca yang udah bisa maem dan bikin susu sendiri. Juga caca yang udah bisa pake baju sendiri.

Paling seneng lagi kalo mamanya bilang.
“Wah, caca anak pinter. TOP..TOP...TOP....”
Lalu,
“Kik...kik..kik...” Dia akan tertawa riang.

Bocah kecil yang satu itu paling sebel kalo ngerasa dicuekin ato nggak diikutsertakan dalam berbagai hal. Misalkan mama dan abahnya lagi ngobrol, caca mesti diajak ngobrol juga. Kalo enggak, pasti dia akan cari perhatian dengan berbuat yang aneh-aneh. Dari mulai manjat ini-itu, ngutak-atik kabel TV ato ngorat-arit apa aja. Tapi kalo udah ngelakuin apa aja masih nggak diperhatikan, jurus pamungkasnya pasti dikeluarin. Nangis keras-keras. Huwa..huwa...

Curhat mama caca: TENTANG MENJADI IBU

Beberapa saat lalu mama caca bertemu seorang temen yang hendak nulis sebuah karya tulis sebagai syarat kelulusannya. Dia baru hendak lulus SLTA. Temen itu ngajak mama caca berbincang tentang karya tulisnya yang membahas ketidaklayakan perempuan sibuk di luar rumah, sebab menurutnya tugas utama seorang ibu adalah mendidik dan mengurus anak-anaknya.

Sebenarnya mama caca heran dan nggak begitu tertarik dengan obrolan temen itu. Apalagi cara pandangnya yang terdengar aneh di telinga mama caca. Kok masih ada ya.. orang yang berpikiran begitu. Tapi ajakan ngobrol dari teman itu membuat mama caca jadi teringat suatu hal. Emang sih, kalo dipikir-pikir, ketika seorang perempuan telah mengikrarkan dirinya untuk jadi ibu. Entah bagi anak-anak yang dilahirkan atau dirawatnya, maka sebenarnya itu adalah janji seumur hidup. Sebab jadi ibu nggak pernah mengenal kata pensiun. Apalagi ibu-ibu di negara dengan tradisi pertalian darah kuat layaknya Indonesia. Tapi jika seorang perempuan yang menyandang title sebagai ibu berarti dia mesti hanya di rumah saja. Alangkah tidak menariknya dunia.

Menurut mama caca sih, seorang ibu justru mesti punya kesibukan di luar rumah. Entah yang berkaitan dengan usaha penguatan ekonomi keluarga, misalnya bekerja. Atau pun kesibukan yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.

Ibu yang tiap hari hanya berkutat dengan anaknya justru bisa berdampak buruk pada perkembangan mental, kedewasaan dan kemandirian anak. Tapi bukan berarti seorang ibu mesti menomorsatukan pekerjaan daripada buah hatinya. Yang pasti mama caca percaya kalo semua orang mesti punya skala prioritas menurut kadar kebutuhan dan kepentingan masing-masing.

Ini dirasakan pula oleh mama caca. Pernah mama caca tidak bertemu caca selama 45 hari. Ajaib, ternyata dalam rentang 45 hari itu, banyak sekali perkembangan positif yang berhasil dilalui caca. Dia terlihat lebih mandiri. Misalnya segera berlari ke kamar mandi tiap ngerasa hendak buang air kecil. Maem sendiri, bobok gak pake rewel, hafal warna-warna. Pokoknya dia tiba-tiba menjadi lebih dewasa dibanding 45 hari sebelumnya.
Lain halnya, jika dalam tiga hari mama caca menghabiskan 24 jam bersama caca, bisa dipastikan, caca akan makin kolokan, manja dan kian nggak mandiri. Misalnya; nggak mau bobok kalo nggak digendong, suka ngompol, apa-apa mesti sama mamanya. Pokoknya manja banget.

Dari sini mama caca dapat pelajaran, bahwa demi kemandirian dan perkembangan jiwa anak, mestinya seorang ibu tidak membiarkan anaknya hanya bisa mergaul dengan ibu bapaknya. Sebaliknya, batita mesti diberi kesempatan bermain tanpa ibu bapaknya. Tapi bukan berarti ibu bapaknya lepas sama sekali. Sebab bagaimanapun kasih orang tua tak akan sama dengan perhatian dari selainnya.

Alasan lain kenapa seorang ibu mesti memiliki aktifitas selain berkutat dengan babynya adalah demi kesehatan fisik dan mental ibu itu sendiri. Seorang ibu yang tidak memiliki aktifitas lain selain baby dan rumah tangganya akan mengalami kejenuhan yang ujung-ujungnya membuat dia cepat marah dan putus asa. Karenanya, seorang ibu semestinya meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Menikmati hobby atau refreshing demi mengatasi kejenuhan yang dirasakannya. Juga mencari tambahan pengetahuan dan ketrampilan agar tidak terlalu jauh tertinggal dari suami, anak dan lingkungannya.

Sunday, May 20, 2007

HARI INI CACA SENENG BANGET

Hari ini caca ceria banget. Ketawa-ketiwi, cerita ini-itu. Apa pasal? Ternyata embaknya datang nengokin caca. Embak yang ini emang udah ikut momong caca sejak caca umur dua bulan. Dulu mama caca suka gantian momong caca ama mbak ini. Biasanya mulai setelah mandi pagi ampe jam 10.30 dan jam 16.30 ampe jam 19.00 caca dijagain ama mbak ini. Selain jam-jam itu caca main bareng mamanya. Kecuali jika mama caca ada acara yang nggak bisa ngajak caca.

Daur itu berjalan terus sampai caca hafal dengan jam-jam kebiasaannya. Biasanya, kalo udah waktunya ikut mamanya, tapi si mama belum nongol juga, caca otomatis jadi rewel. Nangis sambil tak henti-henti nyebut-nyebut mamanya. Demikian juga sebaliknya, kalo udah waktunya main bareng embaknya, caca juga akan nyari-nyari mbak ini sambil nyebut namanya berulang-ulang.

Nyatanya caca emang dah lengket ama mbak ini. Dulu sewaktu mama caca pergi haji, mbak ini juga yang ngerawat dan nemeni caca setiap harinya. Praktis selama 45 hari, caca bercerita, berkeluh dan menumpahkan kesalnya pada mbak ini. Hingga caca jadi deket banget ama mbak ini. Dan mbak yang satu ini emang sabar dan sayang ama caca. Jika sedang main berdua sudah layaknya kakak-beradik saja.

Sampai akhirnya, datang juga waktu mbak ini buat boyongan. Maklum, udah ada seorang tetangga yang meminangnya. Tak lama lagi mbak ini mo nikahan. Sebenarnya udah ada mbak lain yang siap menggantikannya. Tapi rupanya caca tak semudah itu nyaman dengan pengganti mbak ini. Sepertinya caca dah kadung punya pertalian batin dengan mbak yang satu ini.

Contohnya udah tiga kali kejadian semenjak mbak ini boyong. Tiap kali mbak ini punya krentek ato maksud hati hendak nengok caca, pasti empat atau tiga hari sebelumnya caca tak henti nyebut-nyebut nama mbak ini. Bahkan tiga hari lalu sebelum mbak ini datang, caca tiba-tiba nangis minta nelpon mbak ini. Sayang nomornya nggak bisa dihubungi. Tapi waktu itu mama caca udah mbathin, paling-paling mbaknya mo ke sini. Caca dah ngrasa duluan.

Dan benar saja. Hari ini mbaknya datang. Caca bungah banget. Cerita ini-itu, Nyanyi-nyanyi. Pokoknya happy. Pas mama caca nanyain, kok kamu ceria banget sih. Eh, cacanya malah jawab: “kan pas mama pergi haji, caca ama mbak ini terus boboknya”.

Ternyata, kedekatan hati bukan hanya bisa disebabkan oleh ikatan darah. Tapi juga intensitas pertemuan dan kasih sayang. Met bobok caca. Besok embaknya pulang, tapi jangan cemas, semua orang akan tetap menyayangimu. Love you caca...

Saturday, May 19, 2007

E-MAIL TANTE BARLAH DAN PLASENTA

Kemarin, tante barlah di aussie kirim sorry buat caca. Soalnya ari-ari caca yang dulu ditanam bersama sebuah bunga di halaman belakang flat tante barlah lupa nggak disirami. Maklum, tante yang lagi ngambil program doktornya di negara aborigin ini emang sibuk berat. Wah, tulisan tante barlah jadi bikin mama caca inget waktu abah caca mengubur plasenta dan menanam bunga diatasnya. Mama caca masih inget banget, bunga itu berwarna ungu. Ditanam diakhir musim semi.

Tentang plasenta, mama caca yakin, semua ibu yang pernah melahirkan tentu tidak asing dengan nama yang satu ini. Orang jawa lebih suka menyebutnya ari-ari atau batur. Disebut batur karena plasenta dianggap teman atau saudara bayi ketika berada dalam rahim. Karena itu, orang jawa tidak pernah sembarangan dalam memperlakukan plasenta. Ketika bayi lahir, plasenta akan langsung dicuci bersih dan ditaruh dalam kendi untuk kemudian ditanam dalam tanah. Bahkan, dalam tradisi keluarga tertentu, ada ritual-ritual khusus berkaitan dengan perlakuan terhadap plasenta. Konon bangsawan jawa zaman dulu akan memberikan sebangsa kurungan atau pertanda khusus diatas tempat plasenta ditanam. Dalam Panggil Aku Kartini saja-nya Pramudya Ananta Toer misalnya. Di sana tertera sebuah foto yang menunjukkan sebuah tempat khusus ari-ari R.A. Kartini ditanam.

Dalam tradisi keluarga mama caca, ari-ari memang mesti diuri-uri atau diperlakukan dengan baik. Diperlakukan dengan baik artinya setelah bayi lahir, plasenta mesti dicuci bersih dan ditanam secepatnya.

Tapi rupanya tidak setiap tempat memiliki kepercayaan serupa. Di beberapa tempat, plasenta dianggap sesuatu yang tidak harus mendapat perlakuan khusus. Ketika caca lahir, abah dan mama caca mesti menandatangani kesepakatan-kesepakatan serta menuliskan permintaan khusus. Dan sengaja, permintaan khusus yang dituliskan waktu itu berkaitan dengan plasenta. Mama caca meminta plasenta caca untuk dibawa pulang.

Akhirnya plasenta caca dibawa pulang dan ditanam disebuah pekarangan di halaman flat teman. Konon, di negara-negara maju, plasenta-plasenta yang direlakan oleh keluarganya akan digunakan sebagai bahan penelitian demi perkembangan ilmu kedokteran. Sebenarnya mulia sih tujuaannya. Tapi mama caca belum tega untuk merelakannya.

Monday, May 14, 2007

KETIKA CACA MESTI KE DOKTER

Ketika mama caca membaca artikel di sebuah tabloid tentang bahaya antibiotik, mama caca sempat begidik. Ternyata penggunaan antibiotik yang berlebihan amat berbahaya bagi tubuh. Celakanya, hal ini kerapkali tidak disadari. Yang penting cepat sempuh. Tak peduli dengan kadar obat macam apa.

Ini juga yang diresahkan mama caca akhir-akhir ini. Ketika masih tinggal di negara aborigin, mama caca bisa sangat berhati-hati menggunakan obat. Sebab paramedis di sana sangat mendukung upaya penggunaan obat –terutama antibiotik- dengan hati-hati. Praktis selama satu tahun di sana, mama caca cuma pernah mengonsumsi symbicort dan panadol. Tanpa bermaksud promosi salah satu merk obat-obatan, tapi cara paramedis pengatasi atau menyembuhkan rasa sakit ternyata amat beda. Jika di indo, orang yang mengeluh sakit kepala pada dokter, pasti akan diberi resep dengan segepok obat. Bandingkan dengan mama caca ketika tinggal di aussie, saat terserang flu berat, sakit punggung atau migrain, hanya panadol dan istirahat cukup yang direkomendasikan oleh dokter. Bahkan, sehabis operasi caesar pun, mama caca hanya diberi panadol dan panadine sebagai pereda rasa sakit.

Menurut mereka, sakit semacam flu, pusing, migrain, nyeri punggung atau sakit sehabis operasi caesar, tidak perlu diobati macam-macam. Cukup istirahat, banyak minum air putih dan minum obat pereda rasa sakit semacam panadine atau panadol. Antibiotik? No Way! Demikian juga ketika caca sakit, dokter di sana melakukan pemeriksaan dengan sangat teliti. Setelah itu, lagi-lagi Cuma disuruh beli panadol kid. No other.

Cerita berubah saat mama caca pulang kampung. Caca pulang kampung ketika berusia dua bulan. Sebelum pulang, mama caca sempat konsultasi tentang plus-minus ngajak baby naik pesawat. Kata dokter, semuanya akan baik-baik saja asal baby dah berusia lebih dari enam minggu, trus jangan lupa dikasih asi ketika pesawat lounding dan take off. Satu lagi, jangan lupa ngecheck kesehatan baby, terutama alat indranya ke dokter begitu baby nyampe tanah air.

Dan begitulah, seminggu setelah menghirup udara tanah air, caca dibawa ke dokter guna ngecheck kesehatannya. Tapi sungguh mengherankan. Bukannya memeriksa tubuh dan indra si pasien, dokter malah langsung menuliskan resep buat caca. Sungguh, mama caca sempet shock. Iki maksude opo. Wong caca dibawa ke dokter bukan buat minta resep. Tapi si dokter tetep ngotot agar mama caca meminumkan obat itu buat caca. Akhirnya mama caca membawa caca pulang dengan resep di tangan. Resep yang nggak bakalan ditebus ke apotik!!

Nyatanya mencoba berhati-hati dalam penggunaan anti biotik emang bukan hal mudah. Ini tentu terkait dengan kebiasaan paramedis yang gemar memberikan obat-obatan dosis tinggi dan antibiotik kepada setiap pasiennya, tak terkecuali kepada pasien batita. Ketika hal ini dikeluhkan kepada seorang dokter kenalan mama caca. Dia bilang, di negara “hampir miskin” seperti Indonesia, penggunaan antibiotik pada setiap pasien emang sulit dihindari. Menurut sang dokter hal ini karena demi menghindari terjadinya bahaya sampingan mengingat banyaknya alat-alat kedokteran yang kadang tidak steril. Rumah sakit sendiri banyak yang justru menjadi sarang penyakit. Dan satu lagi, lingkungan sekitar kita yang sering tidak bersahabat sehingga penyakit apapun kian mudah berbiak.
Duh, kalo sudah begini, betapa mama caca merasa tak punya banyak pilihan. Begitu sakit, berarti caca mesti ngonsumsi antibiotik.

Tuesday, May 8, 2007

IBU-IBU YANG LAGI RAPAT

Baru-baru ini mama caca diikutsertakan dalam kepanitiaan sebuah organisasi ibu-ibu. Disebut organisasi ibu-ibu karena memang semua anggotanya adalah mereka yang sudah layak disebut ibu. Ibu dalam artian secara umur maupun secara sosial. Rasanya deg-degan juga waktu akan pertama kali ikut rapat kerja. Maklum, mama caca dipercaya jadi sie acara sebuah kepanitiaan yang acaranya akan dihadiri oleh bapak bupati. Panitia yang tergabung pun adalah orang-orang terkenal di lingkungan mama caca. Padahal mama caca adalah orang baru di sini. Jadi wajar dong, kalo agak nervous. Bayangin yang hebat-hebat!!

Dan begitulah, raker pertama, kedua dan seterusnya telah terlaksana. Tapi herannya, bukan malah jelas kerjanya, mama caca malah semakin bingun. “apa nih yang mesti dikerjain biar acaranya sukses.” Jaman dulu, waktu masih jadi mahasiswi sih soal jadi panitia-panitia gitu udah biasa (hehe..). Tapi ternyata pengalaman jaman jadi mahasiswi dulu nggak ngaruh dengan kepanitiaan kali ini.

Akhirnya, daripada bingun-bingun, seusai rapat buat checking akhir, mama caca sengaja nelpon beberapa panitia lain. Tapi rupanya panitia-panitia lain tak ada yang bersedia diajak ngomong. “
“Pokoknya ama ketuanya langsung aja dek.” Begitu kata mereka.
Akhirnya terjadilah pertemuan itu. Mama caca, ketua panitia dan ketua umum organisasi ibu-ibu itu. Dimulai dengan bahasa konsultasi khas yunior kepada seniornya. Lalu mama caca minta pertimbangan tentang susunan acaranya. Tapi sangat mengherankan. Jawaban sang ketua umum itu sungguh-sungguh tak terduga:
“wis dek, gampang, masalah susunan acara nanti disesuaikan, liat kondisi. Pokoknya susunan acaranya nunggu acaranya besok aja.”
Lho kok??
“Trus tentang para pengisi acara, koordinasinya gimana, kapan mo gladi bersih?” Kali ini dengan sok pengalaman mama caca kembali bertanya.
“Itu juga dilihat besok pas acaranya dek, pokok’e lihat besok aja. Tinggal nyabut orang-orang yang datang pas acara.”
Hah!!
Katanya yang mo diundang orang-orang penting. Bupati, ibu ini, bapak itu. Tapi kok?? Mama caca bengong, akhirnya,
“Oh, gitu ya.. jadi semuanya dilihat dan ditentukan pas acara besok?” Dengan wajah bloon mama caca menimpali. Dan ketua panitia serta ketua umum organisasi itu mengangguk mantap.

Tapi sweer! Kali ini Mama caca baru tahu. Bahwa berorganisasi bareng ibu-ibu sungguh berbeda. Kalo dalam kepanitiaan mahasiswa, menjadi sie acara berarti memiliki peranan penting bagi sukses tidaknya sebuah acara, tapi bersama ibu-ibu bukan demikian aturannya. Dalam setiap acara tak ada yang lebih penting melebihi persoalan konsumsi. Jika sudah sampai pada bidang yang satu itu, rapat akan sangat hidup. Semua anggota rapat rela berjibaku. Bahkan kadang ampe acara ngambek-ngambekan. Tapi begitu sampai pada bidang yang lain. Jawabannya akan sama. “pokoknya penentuannya di acara besok ya dek..”

Dan begitulah, acara berlangsung menurut kondisinya. Jika pas acara berlangsung tiba-tiba senior-senior atau orang-orang yang dianggap terhormat dalam organisasi itu meminta perubahan susunan acara, maka seketika akan berubahlah susunan acaranya. Begitu seterusnya hingga acara berakhir. Dan acara yang lain lagi di buat.
Weleh..weleh.. organisasi opo tho iki sakjane??

Monday, May 7, 2007

MANDIIN CACA

Terinspirasi dari tulisan mama shinfa, mama caca jadi tertarik berbincang tentang memandikan anak. Memandikan anak emang penting, terlebih jika anak masih berusia di bawah tiga tahun atau batita. Meski tidak harus sehari dua kali dilakukan sendiri oleh sang ibu. Ini dirasakan sendiri oleh mama caca. Ketika memandikan caca, saat itu terasa sekali kedekatan antara ibu dan anak. Saat mandi pula mama caca bisa mengenalkan banyak hal pada caca.

Ketika caca lahir, tidak ada orang lain yang mendampingi mama caca selain abahnya. Maklum, caca lahir di negara aborigin. Jauh dari sanak saudara. Tiga jam setelah caca lahir. Seorang nurse memperlihatkan baby girl yang saat itu belum diberi nama, kepada mama caca. Setelah disusui dan dirty untuk pertama kalinya, nurse bertanya, dimana abah si baby. Waktu itu abah caca emang gak lagi di ruangan. Selanjutnya Nurse itu berpesan; kalo nanti abahya dah datang, bilang kalo dicari. Mo diajari mandiin si baby katanya.

Dan begitulah, pelajaran memandikan bayi dimulai. Menurut si nurse, dalam kandungan, bayi dikelilingi oleh air ketuban, untuk melindunginya dari benturan-benturan di dalam rahim. Karenanya, ketika bayi baru lahir, menyentuh air akan membuatnya bahagia. Sebagaimana kondisinya selama di dalam rahim. Ketika mandi baby mesti dibuat rileks, seperti berenang dalam bak mandi. Demikianlah, caca kecil selalu tenang tiap kali tubuhnya menyentuh air dalam bak mandinya.

Ketika telah bertambah umur, caca kecil kian tumbuh dan banyak akal. Waktu mandi seringkali menjadi saat yang menjengkelkan bagi caca dan mamanya. Mulai dari gak mau mandi sengan alasan masih keasyikan main sampai cari perhatian minta ini itu. Tapi saat itulah mama caca merasakan komunikasi yang benar-benar dekat.

Manfaat berikutnya yang dirasakan mama caca adalah mengetahui aktivitas caca selama seharian. Artinya, kemana atau main apa saja dia sepanjang hari ini, bisa terlihat dari kotoran yang menempel di baju atau badan caca. Kalau ada luka atau lecet-lecet akibat jatuh atau hal lain pun mama caca bisa tahu ketika menggosokkan sabun di badan caca. Bila ada bagian yang sakit ketika digosok sabun, berarti ada luka di sana. Semakin ekstrem ekspresi sakit caca berarti semakin parah pula luka yang dideritanya. So, kapan lagi mandiin dia kalo bukan sekarang..

Sunday, May 6, 2007

NAPPY, SUNGAI DAN LINGKUNGAN

Nappy dalam bahasa asalnya berarti popok. Tapi nappy dalam catatan mama caca kali ini adalah popok sekali pakai buatan pabrik yang bisa melindungi ibu dari resiko kena ompol si baby. Kalau disebut dalam contoh iklan nappy adalah semacam pampers, sweety, mami poko dll.

Siapa sih ibu jaman sekarang yang tidak suka memakai jasa nappy pabrikan ini. Dengan nappy, ibu tidak perlu khawatir membawa babynya ke kondangan atau jalan-jalan. Mbah kakung dan mbah putrinya pun tak kan segan memangku sang cucu. Sebab baju pesta sang mama, mbah kakung dan mbah putrinya dijamin akan terselamatkan dari bahaya kebocoran.

Hal ini juga dirasakan oleh mama caca. Sejak kecil caca terbiasa pake nappy. Baru ketika memasuki usia 2 tahun, caca bisa lepas nappy. Sebenarnya usia 2 tahun emang terbilang terlambat untuk melepas nappy. Tapi itulah yang terjadi.

Cerita tentang nappy berawal ketika di usia dua bulan caca pulang kampung. Seperti biasa, pagi di hari pertama di kampung, mama caca membuang sendiri nappy kotor caca di tempat pembuangan sampah akhir atau TPA. Di deket rumah caca emang terdapat TPA yang dibangun secara swadaya. Setiap bulannya, sampah-sampah itu akan dibakar dengan alat khusus sehingga sampah tidak sampai menggunung. Anehnya, di pagi berikutnya nappy-nappy itu sudah lenyap dari tempatnya. Demikian pula esok dan esoknya lagi. Usut punya usut, ternyata di kampung caca,membuang nappy bekas atau pembalut wanita di TPA adalah hal yang tabu. Membuang nappy bekas haruslah ke sungai. “poko’e sing ngono kuwi ora entuk kobong.”
Menurut kepercayaan yang ada, jika nappy-nappy itu sampai terbakar akan terjadi sesuatu pada anak tersebut. Lain jika dibuang kesungai. Celakanya, terkait dengan nappy dan sungai ini ternyata tidak hanya dipercayai orang-orang di kampung caca. Namun bisa dibilang masyarakat jawa umumnya meyakini hal yang sama.

Sebenarnya mama caca bukan hendak melawan mitos yang berkembang. Tapi entah mengapa, mama caca tiba-tiba menjadi sedih. Teringat betapa sudah tak tertolongnya kondisi sungai-sungai kecil di sekitar kampungnya caca. Sampah memenuhi lebih dari separo badan sungai. Dan bisa dibilang sungai itu sudah tak layak disebut sungai lagi.
Lebih jauh mama caca teringat betapa banyaknya sungai-sungai di negeri kita ini yang mengalami nasib serupa. Karenanya, tak heran jika bencana banjir kian sering terjadi. Selain faktor hutan yang gundul, kondisi sungai-sungai yang kecil yang kian memprihatinkan juga menjadi penyebab pokok terjadinya banjir. Padahal sungai-sungai kecil adalah nadi bagi kampung-kampung yang dilaluinya.

Sungai memang bukan tempat sampah. Sungai juga tidak layak dialihfungsikan menjadi MCK (mandi, cuci, kakus). Tapi itulah yang terjadi. Memang tidak hanya faktor tunggal yang menyebabkan persoalan sungai dan sampah menjadi runyam. Namun tak bisa dipungkiri, sungai dan mitos mengenai ritual buang sial dan upaya terhindar dari bala dengan mengharuskan membuang kotoran-kotoran tertentu ke sungai menjadi salah satu faktor penyebab mampatnya sungai.

Karenanya, bagi para ibu yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan keberlangsungan harmonika kehidupan anak cucu kita. Meski mungkin dengan sekedar langkah kecil tapi berarti. Langkah kecil itu salah satunya adalah dengan mengabaikan mitos keharusan membuang nappy ke sungai. Bisa dibayangkan, jika sebagian dari kita mengamini mitos tersebut. Berapa ribu nappy akan menimbun sungai-sungai kita. Namun jika kita menolak mitos itu, bayangkan pula berapa banyak sungai yang bisa kita selamatkan.

Nah, sekarang mari kita bayangkan bersama, jika bengawan solo menjadi seindah sungai yarra yang membelah kota melbourne atau sungai reine yang legendaris itu. Tentu anak cucu kita jualah yang akan menikmatinya.

Friday, May 4, 2007

ORANG INDONESIA di TANAH ARABIA (Calo Hajar Aswad)

Ini catatan mama caca selama di tanah arabia beberapa musim haji yang lalu. Mungkin selama ini kita cukup akrab dengan yang namanya calo. Dari mulai calo karcis pertunjukan, calo penerimaan pegawai negeri hingga calo pencalonan bupati. Tapi mengenai calo yang satu ini, boleh dibilang cukup asing di telinga kita.

Awalnya mama caca tak tahu menahu soal praktik percaloan ini. Bagi jama’ah haji umumnya, mencium hajar aswad adalah idaman. Siapapun berharap memiliki kesempatan mencium batu berwarna hitam yang dipercaya merupakan salah satu batu dari surga yang diturunkan ke dunia. Umat muslim pun berlomba menciumnya sebagaimana Nabi Muhammad melakukannya.
Tapi mencium hajar aswad memang bukan persoalan mudah. Bayangkan saja jika sekian juta manusia memperebutkannya, sepersekian juta pula peluang kita untuk meraihnya. Maka jika ada orang yang berhasil mencium atau sekedar meraih batu itu, orang akan dengan bungah menceritakannya. Dan para tetangga pun akan takjub mendengarkannya.

Besarnya hasrat setiap jama’ah haji untuk mencium hajar aswad rupanya ditangkap oleh mereka yang “melek peluang usaha”. Dan celakanya, mereka yang merasa memiliki peluang usaha terkait dengan batu keramat itu adalah orang-orang indonesia.

Awalnya, ketika seorang teman sesama jamaah haji bercerita mengenai pengalamannya ketika thawaf dengan jarak yang amat dekat dengan ka’bah. Nah, begitu hendak sampai di sekitar sudut di mana batu keramat itu berada, tiba-tiba ada yang menarik-narik baju teman mama caca. “bu.. mau dibantu nyium hajar aswad kah?” tanya orang itu. teman mama caca sontak menggelengkan kepalanya dan tetap melanjutkan thawafnya. Dan kejadian itu berulang keesokan harinya. Anehnya, bukan satu-dua orang saja rupanya yang mengalami kejadian serupa. Kejadian ini tentu saja membuat kami bertanya-tanya. Kenapa setiap mendekati pojok Ka'bah dimana Hajar aswad berada, selalu ada orang yang menawarkan bantuannya?. Usut punya usut, ternyata fenomena calo hajar aswad ini bukan kejadian baru, bahkan. konon percaloan itu sudah dimulai sejak awal tahun 2000-an. Biasanya para calo beraksi secara berkelompok. Ada yang bertugas mencari mangsa di luar tempat thawaf, ada pula yang berjaga di putaran terdekat ka’bah. Serta beberapa orang yang bersiap “mengantarkan” seorang klien untuk mencium hajar aswad.

Yang memprihatinkan adalah cara para calo mengantarkan kliennya menuju hajar aswad. Akan ada satu orang yang melindungi klien lalu disorongkannya klien itu agar lebih mendekat hajar aswad. Selanjutnya sekelompok calo lain telah bersiaga menghalau orang-orang lain yang hendak menuju batu keramat itu dan dianggap menghalangi jalan si klien. Menghalau di sini berarti memukul, menyeret atau menjambak atau perbuatan kasar lainnya. Pokoknya apa pun dilakukan demi mempermudah tujuan si klien. Setelah tujuan sukses. Klien langsung diantar keluar dari tempat thawaf sembari menerima uang sebagai ganti jasa yang telah diberikannya.

Menyedihkan memang. Melihat laku orang indonesia di depan ka’bah. Mungkin mama caca cuma bisa berdoa, semoga para calo segera mendapatkan penerangan hati dan mendapatkan pekerjaan yang lebih manusiawi serta tidak menyakiti sesamanya. Apalagi di tempat suci semacam itu.